Nasi JAGAL
Kamu tau gak sih tentang nasi jagal?
Nasi jagal itu adalah sebuah
warung makan nasi yang terletak di lokasi tempat penjualannya, yaitu di depan tempat penjagalan. Nasi jagal yang akan
saya ceritakan adalah nasi jagal yang terletak di area penjagalan hewan milik
Dinas Pertamanan Tangerang di kawasan Bayur, Tangerang, dekat pintu air 10
Tangerang.
Nasi jagal cukup dikenal di kalangan anak
muda di Tangerang. Namun, tidak
hanya anak muda saja penikmatnya, kalangan pekerja dan karyawan pun banyak yang
datang menyambangi warung penjualnya. Bahkan orang berduit pun rela antri hanya
untuk mendapat seporsi nasi jagal ini, meski makan di dalam kendaraannya atau
pun membawanya pulang.
Bu Haji Sum, begitulah panggilannya, salah
satu pemilik warung makan nasi jagal disana. Ia sudah berjualan nasi jagal
selama 20 tahun. Pada awalnya ia membuka usahanya ini di daerah Sewan,
Tangerang. Kemudian beberapa waktu yang lalu, ia pindah ke daerah Bayur, dan
melanjutkan usahanya di warung yang disewakan oleh Dinas Pertamanan.
Untuk membuat
nasi jagal ini, ia menghabiskan sekitar 30 kilo hingga 40 kilo daging
kepala sapi yang dicampur dengan rawon
dada (lamuran) dalam sehari. Daging dan rawonan ini biasa ia dapatkan
langsung dari tempat penjagalan ini. Jadi, dijamin daging yang digunakan masih
segar.
Menu nasi jagal ini terdiri dari, nasi
putih, daging sapi (daging kepala dan rawonan yang dicampur), sambal yang
pedas, dan bawang goreng. Awalnya, daging dan rawonan itu dipotong kecil-kecil
dan dimasak hingga empuk, lalu minyaknya di saring dan ditampung untuk dijual.
Setelah itu, daging dimasak lagi dengan campuran bumbu-bumbu ditambah saus
cabai dan kecap.
Uniknya, tampilannya serupa dengan semur
daging biasa. Tapi ini bukan semur meskipun warnanya agak kecoklatan dan
rasanya sedikit manis. Selain itu, dagingnya pun terasa gurih. Nasi jagal
dihidangkan dengan taburan bawang diatasnya dan dengan sambal pedas yang
rasanya cocok dengan nasi jagal itu sendiri. Aromanya sendiri seperti aroma
nasi uduk.
“Disini nasi jagalnya enak sih, harganya
pas dikantong anak muda seperti kita. Apalagi suasana di sekitar warung enak
banget buat nongkrong sambil makan sama teman” cerita Mae, salah satu pelanggan
setia Nasi Jagal. Sayang, bau yang kurang sedap yang berasal dari tempat
penjagalan hewan yang ada di samping warung cukup terasa menyengat. Namun hal
itu tidak mengurangi minat pembeli untuk makan dan sekedar nonkrong disana.
Selain menjual nasi jagal ini, Bu Haji Sum
juga menawarkan nasi goreng dan
beberapa snack ringan untuk teman
makan Nasi Jagal maupun nasi goreng. Harga seporsinya tidak mahal. Hanya lima ribu rupiah saja. Tentu
saja, harga akan sedikit lebih mahal jika anda juga membeli snack ringan. Ia
mengaku dalam sehari ia mendapat omset sekitar satu juta rupiah. “Nggak tentu
juga sih, kalau lagi rame ya rame, kalo lagi sepi ya sepi” ujarnya sambil
tersenyum.
Warung nasi jagal ini buka 24 jam.
Biasanya, ketika siang hari Bu Haji Sum lah yang menjaga dan melayani pembeli.
Ketika malam, ia bergantian jaga dengan adiknya. Meski ada empat warung lagi
yang juga menjual nasi jagal yang berada sederet dengan warungnya, Bu Haji Sum
tidak merasa tersaingi.
Meski warungnya kini laris manis menjual
Nasi Jagal, Bu Haji Sum tidak berniat untuk membuka cabang usahanya. Ia mengaku
kurang tidak laku karena respon masyarakat yang berbeda jika ia membuka cabang
lagi. Menurutnya, saat ini sudah cukup, meski warung yang ia tempati pun warung
sewaan